Sabtu, 29 Oktober 2016

Goa Krincing

(Goa Krincing)
Hari Mingggu tanggal  23 Oktober 2016 tiba-tiba saja istri saya mengajak ke Goa Krincing, memang sebelumnya saya pernah bercerita perihal goa itu pada istri saya namun belum bisa menyambanginya karena kesibukan dan hal lain, termasuk alasan harus menunggui ortu saya yang sudah sepuh. Nah hari minggu ketika itu ndilalah keponakan saya yang bekerja pulang dan kebetulan bawa teman, kesempatan itu rupanya tidak disia-siakan oleh istri saya " Mas mumpung keponakan bali ayo ning Guo Krincing" saya pun langsung mengiyakan (apa sih yang enggak buat istri ) dan jadilah kami berangkat sembari berpesan pada keponakan saya " Nduk mbahe ditunggu ya " dalam hati keponakan saya ngomong "asem ig...." (itu tebakan saya hehe..) .

Goa Krincing terletak sekitar 6-7 kilo dari Traban (omahku), tepatnya di dusun Ngomik, Gunungsari, kecamatan  Wonosegoro, kabupaten Boyolali, cukup dekat jika ditempuh dengan sepeda motor dan tidak menghabiskan lebih dari sepasang sendal jepit jika ditempuh dengan jalan kaki. meskipun terhitung dekat namun butuh waktu yang lama karena akses jalan menuju kesana mulai dari Pasar Prapat masih agak susah hanya berupa batu (watu gepeng) yang ditata miring dan kadang sedikit ada yang di beton dua lajur kanan kiri itupun sudah ada yang rusak

The Legenda



Namun jangan berkecil hati karena disepanjang jalan kenangan itu kita akan dikagumkan dengan ciptaan Alloh berupa pemandangan perbukitan elok nan rupawan. (jangan lupa bersyukur).


Pemandangan dari dusun Jrapah

Setelah perjalanan kurang lebih 15 menit maka kita akan sampai di dusun Ngomik, di ujung  dusun itu kita akan ketemu mushola, didepan mushola itu kita bisa parkir motor kita sembari sholat jika sudah waktunya dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki kira-kira 100 meter. namun jika kita kesana dan tidak turun hujan hari sebelumnya maka dari mushola itu kita masih bisa melanjutkan perjalanan dengan motor (mlipir tritisane warga) sampai rumah terakhir di dusun tersebut dan dari situ cukup berjalan sekitar 50 meter.
dannnn....

Mulut goa VS Batu akik

(Nganu)
Menuju ke Stalaktit


Stalaktit disamping goa

Untuk memasuki goa butuh sedikit perjuangan, yaitu kita harus merangkak, selainitu juga harus satu persatu karena kecilnya mulut goa. Pastikan ketika masuk kedalam goa anda talah membawa alat penerangan karena didalam sangat gelap kecuali kalo memang anda termasuk orang yang suka mengambil kesempatan di dalam kesempitan kegelapan.

Didalam goa kita harus berhati-hati karena langit-langit goa tidak rata, banyak sekali stalaktit yang tingginya sedikit ditas kepala kita, sehingga kalau kita tidak berhati-hati kepala kita bisa penyok.

Puas menelusuri dalam goa dan pemandangan disamping goa, turun kebawah sedikit kita bisa menikmati air terjun yang tidak kalah indahnya, walaupun tidak terlalu tinggi cukuplah untuk merifresh fikiran dari penat untuk sejenak menikmati keindahannya, namun sayangnya air terjun ini hanya bisa dinikmati saat musim penghujan. 

Airnya sedikit karena tidak habis hujan



Lebih mirip tembok basah dari pada air terjun :D


Abaikan yang dibelakang haha...








Rabu, 19 Oktober 2016

VINYET


Vinyet adalah gambar dekoratif tanpa maksud yang jelas, hanya berupa kreasi improvisatif seseorang. Vinyet sendiri biasanya hanya sebagai pengisi halaman kosong. Saya kenal dengan vinyet sudah cukup lama, saat saya masih belum mimpi basah sebagai tanda akil baligh saya sudah kenal vinyet, entah karena saya yang salah dengar atau kesalahan perowinya dulu saya menyebutnya "Piknyet" (sesuai yang saya dengar).

Pertama kali saya melihat vinyet adalah di majalah "Rindang" sebuah majalah terbitan Departemen Agama (Depag) yang kala itu diwajibkan bagi pegawainya. Dan karena kebetulan bapak saya adalah guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang berada dibawah naungan Depag maka bapak saya pun mendapat majalah Rindang setiap bulan. ( biasa...Potong Gaji hehe..)

Seperti yang saya sampaikan bahwa biasanya vinyet hanya digunakan untuk mengisi ruang kosong, di majalah Rindang pun juga demikian. Seingat saya paling sering ditempatkan satu halaman dengan puisi karena di halaman itulah banyak space kosong. Walau hanya berfungsi mengisi ruang kosong Namun menurut pendapat lugu saya ketika vinyet disandingkan dengan puisi justru menambah kekuatan dan indahnya isi puisi tersebut.

Perkenalan saya dengan vinyet berlanjut ketika saya beranjak remaja, ketika saya mulai mengenal yang namanya cinta berorganisasi (lebih tepatnya ikut "Karang Taruna" hehe..), saat itu ada senior yang pinter membuat vinyet. Karya vinyetnya akan selalu muncul saat ada hajatan entah itu nikahan, khitanan ataupun maulidan (aku wong jowo : mantu, sunatan lan bayen :D). 

Dulu itu sewa dekorasi (jowo : padi-padi) masih merupakan barang yang mahal, maka untuk menghiasi rumah shohibul khajjah (sing duwe gawe) dilakukan oleh Karang Taruna, mulai dari membuat "Gagar Mayang", membuat "Tarub" hiasan gerbang masuk bagi pengantin yang terbuat dari janura, pohon pisang lengkap dengan pisang dan jantungnya dan ranting pohon beringin, membuat "Teple" yang digunakan untuk membuat tempat tamu (sekarang sewa tratag) sampai hiasan langit-langit rumah sampai hiasan gedeknya (Dinding papan). 

Disitulah berbagai macam keahlian teman-teman karang taruna ter explore bahakan bisa jadi ajang unjuk gigi keahlian, dan lagi-lagi vinyet ikut memperindah suasana sekaligus mengisi space kosong yaitu di gedek mendampingi tulisan "SUGENG RAWUH" atau "SEMOGA BERBAHAGIA".

Nyenengke jaman mbiyen ki.......

Dan vinyet diatas saya buat pas lagi tidak ada kerjaan, jadilah vinyet itu pekerjaan pengisi waktu luang saya sekaligus pengisi ruang kosong di blog ini hehe...



Minggu, 02 Oktober 2016

Pen Pineapple Apple Pen (PPAP)

Tak sepenting seperti yang saya fikirkan, menurut saya hanya senam mulut n lidah melafalkan liriknya tanpa kesleo....

Bagi saya kalimat tersulit untuk diucapkan didunia ini adalah tetap kalimat(tembung) Jawa:

"KIDUL REL, LOR REL" ucapkan 10 kali tanpa jeda haha.....

Lojie...