Entah dengan kriteria apa dan sejak kapan gelar
“Mbah” melekat pada mesin pencari Google. Sepengetahuan saya kata “Mbah”
berasal dari Bahasa Jawa, merupakan akronim dari kata tambah (tempat untuk
minta tambah). Kata yang searti adalah “Mbok” akronim dari kata tombok (tempat
untuk minta tombok).
Padahal
sejatinya kewajiban seorang ayah dan ibu akan selesai saat putra putri mereka
menikah, namun pada kenyataannya acap kali yang sudah menikah masih sering
minta tombok (koyo aku), bahkan pada level cucupun masih minta tambah. Alangkah
indahnya hidup kita ini berada di lingkungan dengan budaya mbok dan mbah, sehingga walaupun seharusnya sudah
berada pada level mandiri masih punya cadangan oase-oase penyejuk saat badai
kemarau melanda, hehe...
Gelar mbah itu identik dengan umur yang tua,
banyak tau tentang hal ( kenyang manis,asin dan pahitnya kehidupan alias
berpengalaman ) dan tentunya bijaksana.
Dari beberapa pemahaman saya tentang gelar mbah itu
kemudian saya mencoba menghubung-hubungkan (othak-athik gathuk) barangkali memang benar
bahwa gelar mbah patut melekat pada mesin pencari google.
Untuk kriteria mbah sebagai tempat untuk minta
tambah okelah saya setuju gelar mbah disematkan pada google, karena saya akui
bahwa sayapun sering memanfaatkan google untuk menambah pengetahuan saya
tentang berbagai hal, sedangkan untuk kriteria tua saya maklum, walaupun
umurnya belum setua Tirex tidak masalah dan pada kriteria tahu banyak hal alias
pengalaman saya juga mengakuinya.
Sampai pada devinisi ini saya masih mampu
menghubungkan dan memaklumi pelekatan gelar mbah pada google. Namun ketika sampai
pada kriteria mbah sebagai sosok yang bijaksana, disini saya mulai tidak
setuju, karena terlalu baik hati (lomo) apa saja yang diminta anak cucunya
seketika itu juga dipenuhi, tidak membiarkan dulu anak cucu belajar dan
berusaha tanya guru kek… atau tanya Didu kek….hal ini membuat mereka jadi
generasi manja karena tidak ada tantangan sama sekali hehe…
Karena saking baiknya apapun yang diminta
diberikan tanpa memfilter apakah baik atau tidak buat mereka (lha ini kan
namanya tidak wise tow…). Dan puncak ketidak setujuan saya atas penyematan
gelar mbah tersebut adalah saat saya tahu bahwa google punya fitur yang menurut
saya sangat diskriminatif yaitu google street view.
Di rilis tahun 2007 Google street view merupakan fitur
google map yang menyediakan pemandangan jalan 360 derajat. Saat
dioperasikan menampilkan foto yang
sebelumnya diambil oleh kamera diatas sebuah kendaraan dan dapat dijelajahi
menggunakan tombol panah pada keyboard atau menggunakan mouse computer anda.
Contohnya seperti foto-foto berikut
SMKN 1 Bancak (Google street view, kontributor:Nur Salim)
Itu adalah gambar sekolah saya yang ditelusuri menggunakan google street view.
Nah yang membuat saya gondok dan menjadi tidak setuju adalah foto berikut
Itu adalah gambar terakhir yang bisa ditelusuri menggunakan google street view yaitu gambar yang diambil dari ujung aspal pondok gede perbatasan kabupaten semarang, dan jika lurus terus adalah menuju desa saya.
Ternyata google street view hanya berhenti pada
jalan yang sudah bagus/beraspal, sedangkan untuk jalan yang jelek tidak dianggap
sebagai jalan….. (ngono kuwi kan jenenge diskriminatif dan sangat tidak
Wise….!!!!), atem.
“Mbah” untuk google…..”nggak banget”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar